buku blog

kemaren aku ke Toga Mas, dan ngeliat satu kenyataan baru:

Sekarang ini lagi jaman-jamannya banyak buku blog. Aku perhatikan, tren ini ada setelah kesuksesan blog buku kambing jantan punyanya Raditya Dika. Meskipun aku anggap itu buku agak ngga penting, tapi aku coba fair nganalisis kenapa buku itu bisa bestseller.

Well, buku itu jadi best seller, karena buku itu melawan arus. Karena jenisnya beda dari buku-buku kebanyakan waktu itu yang banyakan serius semua. Buku Ayat-Ayat Cinta punyanya Habiburrahman juga jadi best seller karena belum pernah ada buku novel religius sekeren itu sebelumnya. Buku Laskar Pelangi juga bestseller karena menceritakan kehidupan dengan cara yang berbeda.

Coba liat begini, kalau udah banyak buku seperti buku blognya Raditya Dika, yang menawarkan hiburan seperti itu, apa masih mungkin ada salah satu buku yang seperti itu menjadi best seller? Tapi sekaang banyak juga denk, buku-buku baru yang di covernya ada tulisan best seller tapi cuma bohongan?

Setelah aku liat-liat, ternyata bukublog-bukublog yang dibukukan itu semuanya blog aneh seperti raditya dika? Aku memang hampir mengatkan itu blog ga penting, (bisa-bisa aku dimarahin manager dan adikku karena mereka mengidolakan Raditya Dika). Menurutku, kalau di Indonesia udah ada blog aneh begitu yang dijadiin buku, itu udah lebih dari cukup, ga perlu ada blog-blog semacam itu yang dijadiin buku lagi.

Dan, ya ampun, dunia blog itu jauh leih banyak manfaatnya daripada halhal aneh yang di dapet dari blog-blog aneh. Malahan blog-blog lainnya itu lebih penting dijadikan buku daripada blog-blog yang aneh.

Sebut aja blog-blog pemikiran yang keren-keren. Pasti banyak yang keluar. Dari blog pribadi kayak punyanya ressa, blog guebukanmonyet, blognya mas hilmy, blognya mba mia, blog komunitas Jakartabutuhrevolusibudaya, banyak lah pokoknya blog-blog yang dimiliki orang-orang idealis, diantaranya bisa dibuka pake link yang ada di blogku ini.

Tapi kenapa begitu bagusnya blog-blog temanku itu ga dibukukan? Lagi-lagi alasannya pasar. Pasar mengikuti tren yang ada. Atau pasar yang membuat arus, sehingga semuanya takluk pada pasar?

0 komen:

Posting Komentar

katakan apa yang kamu pikirkan,

aku

Foto saya
Jogja, Indonesia
freeLANDer, freeTHIINKer, freeWRITEr, freeREADer, architect, creativeDESIGNer, PHOTOSHOPer, CORELer, GUITARist, PILOKer, DISCUSSier, EATer, LAUGHer, LOVEr

fans-fansku, hehe

blog yang lain

tulisan masa lalu

kamu orang ke:

Counter