first case
Belum mulai INFANTRI, ospeknya teknik, kasus pelanggaran udah terjadi. Sebuah tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan telah dilakukan antara panitia, dalam hal ini aku langsung sebut saja mereka Komisi Disiplin, dengan mahasiswa baru yang aku bela.
Ada beberapa pihak yang dilibatkan dalam kasus ini, aku jelaskan latar belakang masing-masing dengan singkat. Mahasiswa baru angkatan 2008, disini sebagai korban, mereka benar-benar baru, karena kejadian pelanggaran itu terjadi bahkan sebelum ospek dimulai, dan dibagikan peraturan peserta maupun panitia.
Panitia, dalam hal ini Komisi Disiplin, sebagai tersangka, tahun ini nama meeka dirubah dari Tata Tertib (TaTib) menjadi KomDis, sebenarnya ingin menghindari presepsi "galak"nya mereka, tapi ternyata, tidak berubah, bahkan mereka lebih tidak tahu aturan.
Dewan Pengawas (DP) dan komisi khusus (komsus), lembaga independen yang menerima laporan pelanggaran yang dilakukan baik oleh panitia maupun peserta.
Aku, disini ikut bersuara, aku dalam status sebagai pemandu. Ospek Teknik kali ini ada 40 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 40an mahasiswa baru, di kelompoku, ada mas reza sebagai partner pemanduku. Aku bersuara disini, karena aku tidak rela ada pelanggaran yang dilakukan semena-mena. Aku bersuara disini, karena ini melanggar hak asasi yang telah disepakati dalam peraturan.
Ceritanya begini, pelanggaran ini terjadi saat briefing ospek, masalah parkir. Parkir bagi mahasiswa baru memang sudah disediakan di sekitar tugu teknik, tapi setelah pukul satu, semua motor mereka harus sudah dipindahkan ke tempat-tempat parkir di tiap jurusan.
Nah, komisi disiplin saat itu sebagai tim keamanan, mereka hanya datang ketika pengusiran motor maba jam satu itu. Mengusir dengan berteriak-teriak, dan itu jelas memang pekerjaan mereka. Dan meminta uang 2ribu untuk ongkos parkir. Ada beberapa motor yang helmnya diambil karena terlambat memindahkan motor, dan untuk menebusnya, dihauskan membayar 5ribu lagi, selain itu hukuman fisik seperti menghadap matahari selama beberapa jam. Bahkan aku juga menemukan maba yang menolak membayar dan melawan, dia disiram dengan air oleh komdis.
Disitanya helm karena motor terlambat dipindahkan itu masuk akal. Tapi untuk menebusnya harus melalui hukuman uang dan fisik itu sudah tidak masuk akal. Lagipula, tidak ada peraturan komdis berhak mengambil uang parkir seharga 2ribu per motor. Karena di Teknik, parkir mahasiswa tidak dipungut bayaran.
Dalam kelompokku, terdapat dua belas anak yang dipungut bayaran 2ribu untuk parkir motor mereka, dan satu anak yang mendapat hukuman khusus karena terlambat memindahkan motor. Aku hanya ingin menggaris bawahi keuntungan meteril yang diperbuat oleh komdis. Kenapa ada pungutan yang menjurus ke pemalakan seperti itu. Uangnya digunakan untuk membeli apa. Istilahnya pertanggungjawaban komisi disiplin, karena mereka telah menggunakan mahasiswa teknik untuk kepentingan pribadi.
Kemarin dalam rapat besar seluruh panitia, mas Reza berusaha mengungkapkan pelanggaran ini kepada DP ataupun komsus, namun yang terjadi adalah, DP tidak menerima pelanggaran yang terjadi sesudah atau sebelum 4hari ospek yang akan datang. Istilahnya, mereka menolak menangani kasus ini. Komisi khusus sama saja, mereka menolak menerima kasus ini karena merasa yang jenis kasus yang seperti ini bukan ditangani oleh mereka, tapi oleh Dewan Pengawas.
Kasarnya, mereka takut terhadap komdis, jadi melempar-lemparkan kasus kesana-kesini. Mas reza tadi malam mengirim sms padku, dia bilang, "Nad, aku ingin marah!! MANA KEADILAN?? Kenapa orang-orang legislatif itu bangga dia itu lembaga legislatif yang independen. Tapi, berhadapan dengan masalah saja TAKUT?? SAMA SAYA JUGA TAKUT, TAPI KENAPA KITA GA BERSATU SAJA??" Aku beruntung memiliki partner seperti mas reza, beliau sangat kritis membela keadilan.
well, tahu kan ada orang yang ngerasa penting karena mereka yang bikin undang-undang, trus kerjaannya mengawasi kegiatan yang terjadi di bawah sini, mereka mondar-mandir ngerasa sok penting karena independen, tapi ga berani tegas atas suatu masalah? DP dan komsus contohnya.
Kenapa mas reza dan pemandu lain takut? Karena kami tidak berhak melawan. Pemandu hanya diperbolehan menerima keluhan pelanggaran yang dilakukan oleh panitia, tapi setelah itu biarkan DP dan komsus yang menangani, karena itu fungsi mereka, meskipun mereka impoten.
Pemandu tidak boleh melangkahi tugas DP.
Kenapa komdis sangat ditakuti? Karena orang-orang itu menggunakan kekerasan tepat di wilayah yang tidak bisa dituntut secara hukum, mereka tahu dibagian mana mereka tidak akan mampu dilawan.
aku
- nad
- Jogja, Indonesia
- freeLANDer, freeTHIINKer, freeWRITEr, freeREADer, architect, creativeDESIGNer, PHOTOSHOPer, CORELer, GUITARist, PILOKer, DISCUSSier, EATer, LAUGHer, LOVEr
- aiang aikal
- ardy seto
- arif KA
- asti satu
- denny eko
- dimas agil
- doni
- dwinna
- emel
- erwin jahja
- fikri hidayat
- gandul-gandul
- gilang
- ian
- mas abas
- mas adhi
- mas faaz
- mas fauzi
- mas firman
- mas frizky
- mas hafiq
- mas hilmy
- mas miftah
- mas rendhy
- mas reza
- melyn
- mita
- musyafa
- nasikun
- ninan
- om makbul
- pari
- pras
- raisa
- sau
- si lebah kecil
- sino
- tifa
- yadhi
- zy
8 komen:
nad, ini cuman contoh kecil aja yang terjadi di bangsa ini^^
tapi gini, menurutku kalian punya hak melawan, berhak juga melangkahi hukum yang ada (kalau toh ada penyelewengan), gak usah takut kalau benar dan dengan cara yang benar untuk membela yang benar.
kasian juga tuh anak2 baru, kalau aku jadi mereka, aku bakal gak terima toh katanya peraturan mainnya udah ada.
tapi gpp nad, seleseinnya pake cara diplomasi aja, toh kasus ini ada di lingkungan sendiri, sama orang2 yang udah kenal. pasti berhasil kalau mereka yang di DP/komsus bener2 merasa mahasiswa.
itulah yang terjadi saat kita berdiri untuk berteriak mengatasnamakan keadilan.
sok idealis lo.. sok pahlawan.. gw eneg baca tulisan2 lo yang intinya cuma protes aja. coba lo yang pimpin negeri ini, belum tentu lo bisa bikin negeri ini lebih baek.
cuma mau nengahi, ( dari 3 comment sebelum aku ) gimana kalo Nadia gak cuma ngomong dan menulis, yuk bertindak! laporkan masalah ini ke Dekanat. mereka lebih punya wewenang dan kekuasaan. dan aku pikir, mereka cukup netral. gak kayak DP dan Komsus yang udah gak bertaring. gimana? kapan 80 pemandu bareng - bareng ke lantai 3 KPTU?
kalo aku emang idealis, kalo aku emang ga suka sama orang kaya kamu yang bisanya cuma ngejelekin aku emang kenapa?
ga ada hubungannya sama kamu kayla,
calm down....
semua orang punya hak berbicara kan..
jadi hargai (u/ kayla)
Birokrasi di Indonesia berbelit!
Kewenangan & Kekuasaan itu cuma omong kosong!
Setuju sama mas a_fatih -> Laporkan saja ke Dekanat!
Walau saya g tau kondisi sebenarnya, tapi cukup jelas untuk saya mendukung mu Nad, Laporkan!Bergerak!
just calm down,
alright, mas hafiq alias a fatih, mau bersama-sama seluruh pemandu?
Posting Komentar
katakan apa yang kamu pikirkan,