hymne gadjah mada

untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku disuruh menghafal hymne gadjah mada. sebuah lagu yang biasanya dinyanyikan pada saat ospek. dan memang benar, saat ospek teknik tahun ini, pamandu diperintahkan untuk menghafal hymne gadjah mada karena akan dinyanyikan pada saat upacara.

buat aku, yang auditorinya sangat buruk, tidak cepat hapal lagu, tidak kenal nama tapi wajah, dan banyak lainnya, sangat susah menghafal Hymne Gadjah Mada. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku juga tidak hapal lagu Indonesia Raya. Parah, temanku meragukan aku orang Indonesia atau bukan.

Meskipun dibalik Hymne itu maknanya dalem banget, kalau seorang Gadjah Mada harus berbakti pada bangsanya, tapi pengenalannya ke maba baru sangat kurang. maksudku, feelnya sekarang udah ga dapet lagi.

Lagu Indonesia Raya kalo lagi upacara juga aku ga apal. Tapi kalo pas nonton bola Indonesia versus Arab Saudi dulu, aku bisa ngikutin nyanyi Indonesia Raya bahkan sampe nangis.

yah, menurutku sebuah "nasionalisme" atau "universitalisme" tidak bisa hanya bisa disadang seseorang yang hapal sebuah lagu kebangsaan atau lagu hymne. Tapi lebih dari itu, juga harus ada pemantiknya. Misalnya dari hal yang paling sederhana, diadakan pertandingan sepakbola lagi antara Indonesia lawan Arab Saudi, atau pertandingan bulu tangkis Indonesia lawan China.

Atau yang lebih bagusan lagi metodenya, membela dan memajukan Indonesia dari bidang yang lain selain olah raga. Misalnya memperjuangkan kedaulatan Indonesia dari intervensi pihak asing, misalnya menolak penjajahan atas rakyat Indonesia sendiri oleh perusahaan asing, misalnya mengusahakan sebuah desa dengan sumber energi biogas, misalnya minta bantuan dokter-dokter dengan kepedulian tinggi untuk sehari saja memeriksa dengan gratis penduduk desa. Atau apalah, yang bukan hanya menghapal lagu kebangsaan dan hormat pada bendera yang tanpa tahu maknanya apa.

Kalau untuk skala universitas, bisa juga dengan memperjuangkan penghapusan biaya BOP yang buat anak Teknik 75ribu/sks dan buat anak non-eksak 60ribu/sks. Bisa juga perjuangan penghapusan SPMA. lalu kenapa harus hymne?

6 komen:

Hilmy Nugraha mengatakan...

ya, kita terlalu ekslusif..
itu pasti.!

Anonim mengatakan...

hihi tapi kan nad setiap kelompok/organisasi/kumpulan orang dengan satu tujuan hampir semua punya lagu sendiri (himne)

tapi apa sekarang masih tetap bisa menjadi alat pemersatu ??

mita mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

yah, aku sendiri meragukan nasionalisme itu ada. Bagiku ia hanya konstruksi yang dibangun pemerintah saat upacara setiap senin, saat 17 agustus, saat belajar sejarah, ataupun momen - momen lainnya. Karena hasil konstruksi, maka Ia menjadi sangat rentan.
Dan Himne menjadi sangat "so last year" untuk membangkitkan nasionalisme. Apalagi jika kita tidak memiliki momen yang bisa menstimulan perasaan. hehe. Itulah yang kamu rasakan saat menonton Uber Cup ataupun pertandingan Indonesia vs Arab.

nad mengatakan...

ahya, harusnya sifat "peduli dengan Indonesia" sudah dianggap sebuah nasionalisme,

tidak harus hapal lagunya bukan?

Ferzya Farhan mengatakan...

hei kak nad, aku maba baru loh di UGM, FEB.
iya, di SIMFONI aku juga diajarkan hymne gadjah mada. aku suka kok lagunya, sangat nasionalis. memang sih, sifat itu tdk bisa hanya disandang oleh mereka yg menghafal.

tapi menurutku, itu cukup penting kok.
memangnya apa alasan WR.Soepratman menciptakannya?
bagaimana kita bisa menjadi itu jika kita tdk menghargai sesuatu yg ada didalamnya?

Posting Komentar

katakan apa yang kamu pikirkan,

aku

Foto saya
Jogja, Indonesia
freeLANDer, freeTHIINKer, freeWRITEr, freeREADer, architect, creativeDESIGNer, PHOTOSHOPer, CORELer, GUITARist, PILOKer, DISCUSSier, EATer, LAUGHer, LOVEr

fans-fansku, hehe

blog yang lain

tulisan masa lalu

kamu orang ke:

Counter