surabaya, tersesat, dan gagal

Beberapa hari yang lalu, aku iba-tiba langsung bilang mau ke Surabaya atas ajakan Pakdhe Fachry. Itu perkataan yang paling nekat yang pernah ada. Ada banyak banget alasan kalau mau ngelarang aku pergi ke Surabaya kemaren. Yaah, tapi karena anak-anak tahu kalo aku dilarang aku makin menjadi, jadi ga ada yang berani ngelawan.

Misalnya, Surabaya itu gede banget, hampir menyamai Jakarta, dan kota yang sebegitu gedenya ga akan mungki dijelajahi sendirian. Kedua, perjalanan dari Jogja-Surabaya itu delapan jam. Jauh banget delapan jam itu. Kayak Jogja-Jakarta. Dan kalo aku kenapa-napa di Surabaya, aku ndak akan begitu gampangnya pulang ke Jogja.

Ketiga, meskipun aku kenal Pakdhe Fachry, meskipun aku percaya dia dan dia percaya aku, meskipun dia tulus bantu ngembangin desaku, tapi kan aku ga pernah kenal dia sebelumnya. Baru kenal juga seminggu ini. Dan Haikal, Bayu, dan Mas Hilmy gatau hal ini. Kalau sampe aku bilang baru kenal, aku pasti bakalan ga boleh kemana-mana dan akhirnya kena marah sama mereka.

Keempat, yang paling menghawatirkan, adalah karena aku perempuan muda berumur 19 tahun, bisa menjadi korban penculikan, bisa jadi korban hipnotis, bisa jadi korban pemerkosaan, korban penjualan manusia buat jadi pengamen, korban penjualan manusia buat jadi TKI, atau buat jadi pelacur. Tapi yang terakhir ini aku ga yakin. Ga punya modal. Untunglah aku ndak cantik. Kalau semua itu terjadi padaku, aku pasti ndak bisa membela diri sedikitpun. Aku ndak garang atau judes sama orang. Aku juga ndak bisa bela diri apapun. Dan aku ga mungkin ke Surabaya sendirian.

Ketakutan, penasaran, kecemasan akan surabaya yang mungkin ganas, mungkin liar untuk aku yang lemah ini menggerogoti hatiku selama beberapa hari terakhir. Kecemasan ketika teman-teman akhirnya memaksa menemani tapi aku bingung mereka tidur dimana. Tapi aku menikmati semua itu, menikmati rasa penasaran akan suatu kota yang aku ndak pernah tahu, menikmati rasa kecemasan dan kekhawatiran. Dengan suatu keyakinan, kalau aku sudah menyelesaikan perjalanan itu, pasti aku mendapatkan kepuasan dan pengalaman penjelajahan.

Tapi tadi malem, Pakdhe Fachry bilang, tanggal 21-22 yang rencananya aku ke Surabaya, dia gabisa ada di Surabaya, karena 18-25 juli ada tugas ke Malang dan ke Blitar. Well, aku ndak marah sama siapa-siapa. Aku cuma kecewa aku ndak jadi berpetualang jauh, untuk sekali saja.

Teman-temanku mungkin senang dengan kegagalanku tidak jadi berangkat ke Surabaya. Lega sekali bahkan. Tapi aku disini kecewa karena nggak jadi. Temanku yang lain menawarkan petualangannya diganti tempat saja biar aku tidak terlalu kecewa karena kegagalanku. Tapi mengganti Surabaya dengan petualangan lain yang sama besarnya itu sulit sekali.

Aku berpikir tentang Solo, tapi untuk sekarang malas sekali untuk planning perjalanan. Yah, lihat saja nanti.

NADIA AGHNIA FADHILLAH
Solo?
11 Juli 2010

0 komen:

Posting Komentar

katakan apa yang kamu pikirkan,

aku

Foto saya
Jogja, Indonesia
freeLANDer, freeTHIINKer, freeWRITEr, freeREADer, architect, creativeDESIGNer, PHOTOSHOPer, CORELer, GUITARist, PILOKer, DISCUSSier, EATer, LAUGHer, LOVEr

fans-fansku, hehe

blog yang lain

tulisan masa lalu

kamu orang ke:

Counter