pemandu
Aku memang maksa banget sekarang. Maksa menulis tentang pemandu agar aku yakin aku harus jadi pemandu atau tidak. Mungkin aku sedikit iri kepada Bayu yang dengan bangga dan yakin mengatakan bahwa dia harus jadi pemandu sekarang. Aku belum sampai tahap seyakin itu.
Mungkin memang ada yang bilang aku kebanyakan mikir, mau wawancara aja mikirnya sampe taonan. Padahal hari wawancara itu memang tinggal hari ini dan besok.
Untungnya aku dah mandi, disini banyak banget nyamuk. Besok-besok aku ga lupa mandi sabun sereh sebelum kesini dan kalopun ga mandi, ga lupa bawa lotion anti-nyamuk.
Aku masih ga yakin, apa aku kemaren daftar panitia ospek dan melamar untuk jadi pemandu cuman karena ikut-ikutan? Ikut-ikutan adalah sikap yang dulu aku anggap tidak berguna dan selama satu tahun ini mungkin aku sering lakukan, dan kemaren sore aku benci lagi.
Paling ngga, untuk pagi ini, aku tahu, aku harus menentukan sikap, untuk ikut atau tidak dalam kepanitiaan ospek. Nah aio kita bahas. Sekarang gini Nad, menurutmu pemandu itu gimana? Pemandu itu salah satu kepanitiaan ospek yang paling prestisius, paling diminati banyak orang, dan menjadi salah satu yang paling berpengaruh di OSPEK.
Siapapun bisalah Nad ngejawab kayak gitu. Tapi, lebih ke intinya, Nad, menurutmu pemandu itu apa? Tahun kemaren, sepertinya aku menjawab pemandu itu salah satu pekerjaan mulia karena menjadi kakak pertama bagi mahasiswa baru. Mereka bisa bertanya tentang perkuliahan (sistemnya), cara hidup mahasiswa, hidup sendiri di Jogja, dan karakter kakak pertama bagi mereka, menjadi pedoman bagaimana menjadi mahasiswa ideal. Paling nggak, pemandu itu bisa jadi contoh yang baik. Meskipun menurutku aku masih belum baik, paling ngga bisa jadi pengingatlah buat aku pribadi untuk terus menjadi lebih baik karena aku dicontoh orang lain.
Tahun lalu juga aku diwawancara, kenapa aku mau jadi panitia OSPEK? Aku jawab, tahun lalu, aku ingin berkontribusi bagi dunia, dimulai dari lingkup kecil, lingkup keluarga, lingkup tetangga di lingkungan rumah, lingkup kampus, ya TEKNIK ini termasuk, dan kemudian akan meluas, hingga aku berkontribusi pada dunia.
Nad-Nad, yang kamu tulis, dua paragraf di atas itu, dua-duanya jawabanmu tahun lalu, dan dua-duanya adalah jawaban dari wawancara masuk panitia. Nah, apa jawabanmu sekarang? Sebenernya masalah intinya bukan itu kan Nad? Masalah intinya itu bukan kamu mau jawab apa di wawancara nanti. Masalah intinya adalah, apakah kamu jadi pemandu itu penting? Penting buat dirimu sendiri? Penting buat adek-adek panduanmu? Penting buat Indonesia? Jawab Nad!
Faiz bilang, wawancara ya tinggal wawancara. Tapi itu ga semudah kelihatannya Iz. Permasalahannya bukan nanti aku bisa jawab pertanyaan-pertanyaan dari Dimas, Pebri, atau Mas Fauzi tapi seberapa yakinnya aku bahwa menjadi pemandu itu penting dalam keberlangsungan idealismeku.
Masalahnya Nad, apa sih yang kamu maksud idealisme kamu? Punya apa? Bukannya selama 1 tahun menghilang dan baru kemaren kamu bersemangat? Idealisme yang bagaimana yang kamu punya sekarang? Saat ini pagi ini?
Aku menulis ketika hari cerah, pagi yang indah namun waktu panjang terasa sangat panjang karena tidak ada perubahan alam yang terjadi secara signifikan. Membosankan.
Idealisme yang aku tulis kemarin adalah aku hidup memang untuk menulis Aghe, dan keseluruhan keadaan, teman, kondisi yang terjadi di sekitarku membantuku dalam kepenulisan Aghe. Termasuk kalau aku menjadi pemandu.
Namun lantas apa yang dapat diberikan dari kondisi aku adalah seorang pemandu bagi kepenulisan Aghe?
Manfaat yang paling mudah, bisa dilihat dari training pemandu yang diberikan pada calon pemandu. Training-training itu terdapat banyak tugas kepemanduan yang harus dikerjakan dengan batas waktu meskipun tugasnya tidak mudah. Training pemandu adalah satu-satunya training yang membuatku bangga bahwa aku seorang yang kritis. Paling tidak dari training itu aku tetap bisa menjaga sifat kritisku yang baru saja aku dapatkan kembali, menajamkan sifat kritisku yang selama ini tumpul. Memaksakan diriku untuk terus menulis dan melawan kemalasanku. Dan paling tidak, dari tugas-tugas penuh pemikiran di training kepemanduan, bisa aku manfaatkan sebagai pemikiran Aghe dan aku masukkan ke dalam proyek Aghe. Siip!! Tepat. Tapi kan itu training pemandu? Emang aku tanya kalau kamu ikut training pemandu itu manfaatnya gimana bagi visi dan misi hidup kamu Nad?
Padahal pertanyaannya, bagaimana kalau kamu jadi pemandu? Dari tadi aku menghindar terus apa ya dari pertanyaan itu? Mungkin aja. Soalnya emang susah sih, sial.
Bentar Nad, sebenernya buat apa sih kamu nulis tentang Aghe? Buat bikin pedoman bagaimana pemerintahan Indonesia yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan bangsa. Terus juga buat pedoman bagaimana sosok presiden Indonesia yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan itu. Terus Nad, sebagai pedoman? Emang ada yang mau baca? Ada aja yang baca, yang emang peduli bener sama nasib Indonesia. Emang kamu pikir, sebeapa banyak orang yang peduli? Siapa yang mau baca novel Aghe yang terlalu idealis dan ga mungkin itu?
Nad, permasalahan Indonesia ini, bukan seberapa cepat proyek Aghe kamu selesaikan. Tapi seberapa banyak orang Indonesia yang sadar bahwa Indonesia butuh perubahan dan melakukan perubahan itu. Entah orang-orang pergerakan itu pake caranya Aghe atau nggak, asal mereka mau berpikir dan bergerak bahwa ada yang harus diperbaiki dari bangsa ini, di sanalah harapan kita ditaruh. Indonesia butuh anak-anak mudanya untuk menyelamatkannya dari kehancuran, Nad. Dan kalau saja mahasiswa-mahasiswa itu terjerumus ke tempat yang buruk sehingga tidak lagi berpikir, tidak lagi melakukan perubahan, harapan itu mau diberikan kepada siapa?
Mungkin dari pengalaman kamu kemaren, dengan semangatmu yang menggebu-gebu bagi perubahan, hanya sedikit Nad, yang sampai di kepala mahasiswa baru yonif 36mu itu. Tapi Nad, yang penting dicoba dan kamu melakukan sesuatu.
Siapa juga yang bisa memastikan kalau buku Aghe Projectmu jadi, itu akan dibaca dan jadi pegangan orang? Yang penting kamu coba, dan hasilnya urusan nanti. Yang penting kamu berjuang meskipun pengaruhnya kecil untuk kemajuan bangsa ini. Yang penting kamu melakukan sesuatu, sehingga hidupmu tidak sia-sia dan tahun ini tidak sia-sia, Nad. Karena kalau setelah kamu bangkit kemaren sore dan sekarang kamu tidak melakukan apa-apa, kebangkitanmu itu hanya omong kosong.
20juni2009
aku
- nad
- Jogja, Indonesia
- freeLANDer, freeTHIINKer, freeWRITEr, freeREADer, architect, creativeDESIGNer, PHOTOSHOPer, CORELer, GUITARist, PILOKer, DISCUSSier, EATer, LAUGHer, LOVEr
- aiang aikal
- ardy seto
- arif KA
- asti satu
- denny eko
- dimas agil
- doni
- dwinna
- emel
- erwin jahja
- fikri hidayat
- gandul-gandul
- gilang
- ian
- mas abas
- mas adhi
- mas faaz
- mas fauzi
- mas firman
- mas frizky
- mas hafiq
- mas hilmy
- mas miftah
- mas rendhy
- mas reza
- melyn
- mita
- musyafa
- nasikun
- ninan
- om makbul
- pari
- pras
- raisa
- sau
- si lebah kecil
- sino
- tifa
- yadhi
- zy
0 komen:
Posting Komentar
katakan apa yang kamu pikirkan,