Hamukti Palapa

Salah satu sumpah Gajah Mada dalam hidupnya adalah berhamukti palapa yang terkenal itu sampai mimpinya yang besar itu terwujud. Mimpi itu adalah menyatukan Nusantara di bawah perlindungan Majapahit. Sumpah lainnya ada untuk menghindari Hamukti Wiwaha, dan mati dengan Hamukti Moksa. Aku abis baca lima jilid cerita Gajah Mada yang ditulis dengan penuh perjuangan riset oleh Langit Kresna Haryadi. Dan aku mencoba memperkenalkannya.

Hamukti Wiwaha, Hamukti Palapa, dan Hamukti Moksa, sebenarnya bukan sumpah yang terpisah-pisah. Ketiganya memperlihatkan idealisme Gajah Mada sebenarnya.

Gajah Mada bersumpah akan menjauhi Hamukti Wiwaha, yaitu sikap menikmati hidup karena berharta dan berpangkat, menikmati kekuasaan dan hidup bermewah-mewahan, dan sebagainya. Gajah Mada bersumpah untuk melakukan sebaliknya, yaitu Hamukti Palapa, atau hamukti lara lapa, dengan sengaja hidup secara berprihatin, menghindari kemewah-mewahan dan kesenangan dunia sampai Gajah Mada meraih mimpinya, menyatukan Nusantara.

Sedangkan Hamukti Moksa adalah sikap hidup tak terlacak. Tanpa jelas asal-usulnya, siapa bapak atau ibu dari seorang Gajah Mada, dari keluarga yang seperti apa dia berasal, Gajah Mada melakukan sesuatu yang besar untuk negaranya, dan kemudian mati tanpa diketahui dimana dikuburnya, mati tanpa meninggalkan keturunan, mati tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Begitulah Gajah Mada.

Berikut kutipan sumpah yang diucapkan Gajah Mada ketika pidato pertamanya saat baru diangkat sebagai Mahapatih Majapahit.

"Untuk mewujudkan keinginanku atas Majapahit yang besar, untuk mewujudkan mimpi kita semua, aku bersumpah akan menjauhi hamukti wiwaha sebelum cita-citaku dan cita-cita kita bersama itu terwujud. Aku tidak akan bersenang-senang dahulu. Aku akan memilih kebalikannya, aku akan hamukti palapa sampai kapanpun, sampai Majapahit yang aku inginkan dan kita inginkan bersama menjadi kenyataan. Aku akan tetap berprihatin dalam puasa tanpa ujung, yang itulah hakikat dari sumpahku, Sumpah Palapa, semata-mata demi kebesaran Majapahit."

"Aku bersumpah untuk tidak beristirahat. Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Plembang, Tumasek, samana ingsun amukti palapa." Jika berhasil menundukkan Nusantara, aku baru akan beristirahat. Jika Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasek, telah tunduk, barulah aku akan beristirahat.

2 komen:

I Dewa Mader Sukabali mengatakan...

Mungkin perlu di baca oleh treh keturunan Gajah Mada yang di daerah Gianya Bali. Ini seru,,,sebenarnya Gajah Mada itu berketurunan juga. Mudah2an pendapat saya ini benar........
Untuk Indonesia, Sumpah Palapa ini adalah demi kesatuan NKRI yang memang sejarah telah membuktikan bahwa Nusantara itu sudah ada dari zaman sebelum Belanda datang. Legalitas merebut kembali negara tercinta ini dari kaki penjajah asing.
Hanya tidak semua amukti Moksa itu tepat,,,ternyata menurut Buku Leluhur Orang Bali, menyebutkan Bahwa Gajah Mada mempunyai Guru bernama Dang Hyang Kepakisan, seorang Brahmana.
Makanya Gajahmada mengangkat ke empat putra putri dari D H Kepakisan jadi Raja Adi Pati di empat wilayah: Pasuruan, Blambangan, Bali dan Sumbawa.
Semoga menambah wawasan kita bersama....

(I Dewa Made Sukabali)

Anonim mengatakan...

atau....
jangan2 beliau tidak ingin dikultuskan sehingga memilih 'moksa'?
atau.... ada pihak-pihak pasca GM dan Hayam Wuruk yang tidak suka dengan kebesaran nama GM, sehingga terpaksa jejaknya 'di-moksa-kan'?
Patut menjadi kajian sejarah...

Posting Komentar

katakan apa yang kamu pikirkan,

aku

Foto saya
Jogja, Indonesia
freeLANDer, freeTHIINKer, freeWRITEr, freeREADer, architect, creativeDESIGNer, PHOTOSHOPer, CORELer, GUITARist, PILOKer, DISCUSSier, EATer, LAUGHer, LOVEr

fans-fansku, hehe

blog yang lain

tulisan masa lalu

kamu orang ke:

Counter